Interaksi yang Menginspirasi

Friday, April 25, 2014

Setelah gue selesai menjelaskan tentang apa itu profesi seorang Trainer dan apa aja kerjaannya, gue kasih kesempatan buat anak-anak kelas 4 SD ini bertanya. Dua baris dari belakang sebelah kanan gue, ada satu anak cowo ngacungin tangan. Gue samperin, dan dia bertanya malu-malu dengan suara pelan
"Kak, kalau kontainer itu apa?"
Beberapa anak di sekitarnya tertawa pelan, lalu anak ini keliatan malu sambil menutup mulutnya seakan ada yang salah keluar dari mulutnya. Gue yang kaget sejenak, lalu meminta seluruh kelas memberikan tepuk tangan kepadanya karena dia sudah berani bertanya.
"Ya, jadi kontainer itu adalah sebuah truk bermuatan besar yang membawa banyaaaaaak barang..."

---

Setelah terlibat di Festival Gerakan Indonesia Mengajar, gue jadi pengen terlibat lebih jauh dalam setiap gerakan sosial yang dibuat sama Indonesia Mengajar. Salah satunya adalah Kelas Inspirasi ini. Simpelnya, gerakan ini adalah mengumpulkan para profesional muda dengan pengalaman kerja di bidang yang sama minimal dua tahun. Mereka diminta cuti satu hari kerja, datang ke satu SD dengan SES menengah ke bawah, lalu cerita tentang profesi mereka. Tujuan khususnya adalah untuk memberikan gambaran lebih luas tentang pilihan profesi bagi anak-anak SD, yang selama ini cita-cita mereka terbatas hanya pada polisi-dokter-guru-pemain sepak bola. Dengan adanya orang-orang Marketing, Researcher, Animator, HRD, dan lain-lain bisa memberikan gambaran betapa pilihan profesi dan cita-cita itu beragam!



Ikutan briefing Kelas Inspirasi ini juga ga kalah keren. Sekitar 990 Relawan Inspirator - begitu mereka menyebut kami - berkumpul di Gedung LIPI. Tidak hanya dibekali tentang profil dan sejarah Kelas Inspirasi, terus nilai-nilai KI, tetapi kami juga dibekali dengan kemampuan Class Management. Ternyata isinya ya hal-hal yang terkait dengan dunia pelatihan yang gue pernah dapat di kuliah dulu, dan berkaitan erat dengan profesi yang gue jalanin. Yang bawain, ga heran kalo ternyata temen kuliah gue yang sekarang udah bergelar S2 dan jadi dosen Pelatihan di UAJ; Sasha Diyacitta. Haha!

Oya, kerennya berkumpul dengan banyak orang di dalam satu gedung, duduk lesehan, adalah somehow gue bisa ngerasain banyak banget energi positif dalam ruangan itu. Energi positif yang berasal dari niat tulus dari orang-orang ini untuk ngajar dan berbagi ke anak-anak SD kurang mampu. Energi positif yang mirip yang gue rasakan ketika gue di Taize. Energi positif yang bisa bikin gue merinding!


Hari Inspirasi, Kamis 24 April 2014 pun tiba. Ijin cuti sudah di tangan. Kami kelompok 36 dengan isi 17 orang termasuk 3 fotografer dan 1 videografer harus tiba setidaknya Pk 06.00 karena apel pagi hari akan dimulai Pk 06.30.


Hari sebelumnya, gue sempet kepikiran untuk ga dateng, karena gue lagi ga enak badan karena batuk-pilek. Tapi gue pikir, ah gue pengen banget ikutan ini. Kalo tahun ini ga ikut, masa gue harus nunggu tahun depan buat ikutan lagi. Tanggung banget! Masih dalam keadaan batuk-pilek, gue bangun Pk 04.00. Berangkat Pk. 04.30, ketemuan sama temen kelompok di seberang UKI Cawang buat konvoy motor bareng ke SDN 08 Ciracas. Yes, Ciracas! Ujung ke ujung banget dari Kelapa Gading. Sesampainya di Kampung Rambutan, ban belakang motor gue bocor. Ah! It's a perfect way to start your day!

Dorong motor sampe nemu tukang tambal ban, ternyata sang tukang lagi tidur ga enak badan. OKEH! Kaya alam semesta berkonspirasi untuk menjegal gue ikutan Kelas Inspirasi ini. Celingak-celinguk, gue nemu "Tempat Penitipan Motor 24 Jam". Wah keren banget nih. Gue titip motor gue yang ban belakangnya gembor abis, lalu gue nebeng si temen gue ini menuju Ciracas. Ah untung banget gue ga maksa jalan sendirian bermodal Waze.

Jadi, Kelas Inspirasi itu adalah dimana para profesional muda ini mengambil alih kegiatan belajar-mengajar di satu sekolah selama satu hari. Dengan jadwal yang kami buat sendiri, satu-persatu dari kami bergantian mengajar dari satu kelas ke kelas lain. Dengan 13 Relawan Inspirator - yang datang lengkap! - masing-masing dari kami kedapatan mengajar 3 kelas, dengan durasi maksimal 30 menit. Yeah, 30 menit yang bisa berasa sebentar banget dan bisa berasa "kok ga abis-abis yak??".


Dalam menyusun dan menyampaikan materi, gue belajar untuk memilah profesi apa yang mau gue bagikan ke anak-anak. Gue memilih profesi gue sebagai Trainer, dengan maksud memberikan inspirasi bagi anak-anak untuk mau mengembangkan potensi orang lain. Nah tinggal gimana metode penyampaiannya yang bisa masuk ke anak-anak seumuran kelas 2, 4, dan 6 sebagai jatah ngajar gue. Tadinya gue punya idealisme untuk meminta anak-anaknya nyoba "ngajar" entah satu orang atau satu kelas. Setelah berkonsultasi dengan rekan sesama profesi, rasanya hal itu terlalu jauh bagi anak SD yang tahap perkembangannya masih operasional konkret. Akhirnya gue memilih metode storytelling dengan alat peraga gambar.

Pertama, agak susah ya untuk menjelaskan apa yang gue latih; soft-skills. Kemampuan halus? Haha! Akhirnya gue kasih tiga contoh aja hal apa yang dilatih oleh seorang Trainer; kepemimpinan, kerja sama, komunikasi. Hal-hal dasar yang gue visualisasikan dalam bentuk gambar sederhana hasil nyomot dari Google.

Gue buka dengan permainan sederhana, lanjut storytelling, lalu gue tutup dengan permainan yang ada nilai kepemimpinan, kerja sama, dan komunikasi itu. Gue tutup permainan dengan debrief yang berat dengan leading *haha*. Dan gue berasa bahwa 30 menit itu kurang yaaaa ahaahaha.


Selesai Hari Inspirasi, gue jadi sadar bahwa sebenarnya tujuan Kelas Inspirasi ini tidak berhenti pada memberikan pilihan cita-cita baru pada anak-anak. Ya memang ada beberapa anak yang merubah cita-cita mereka dengan menjadi aktor/aktris setelah mendengar sharing dari aktor/komedian Ery Makmur yang tergabung dalam kelompok kami. Tapi para guru juga jadi tahu bahwa, "oh ternyata ada profesi animator, atau geofisikawan". Mereka sendiri juga bilang bahwa, bagus kalau orangnya sendiri yang datang dan sharing, ketimbang mereka para guru karena mereka pun tahunya hanya guru-polisi-dokter-tentara.

Lalu, gue juga sadar bahwa Kelas Inspirasi ini juga tidak hanya bermanfaat bagi beneficiaries, tetapi juga pada para Relawan Inspirator. Gerakan sosial semacam ini jelas memberikan wadah bagi orang-orang yang selama ini hidupnya hanya seputar rumah-kantor-meeting-kantor-starbucks-rumah. Wadah buat para profesional ini untuk berkumpul, berkenalan, dan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki idealisme yang mirip; berbagi dengan yang membutuhkan. Interaksi antara profesional muda, yang mungkin bisa berlanjut ke keberlanjutan, seperti salah satu kelompok di Kelas Inspirasi #2 yang jadi mengajar seminggu sekali di sekolah penempatan mereka.

Tidak hanya interaksi antara profesional muda, tetapi juga interaksi dengan guru SD yang jadi belajar banyak soal metode mengajar dan alat peraga. Dan jelas interaksi dengan anak-anak SD yang lucu-lucu dan terkadang nyebelin. Interaksi inilah yang hendak dicapai oleh gerakan sosial semacam ini, yang mencoba mengeluarkan kita dari zona nyaman selama ini.

Dan interaksi inilah yang gue rindukan selama ini. Kapan lagi gue bisa ngobrol sama aktor, animator, researcher, sampe ahli geofisika?



You Might Also Like

0 comment(s)

About Me

Timo - a full-time explorer, a part-time writer, a film programmer, a movie passionate, an author of Sobekan Tiket Bioskop